KELELAHAN AKIBAT KERJA
1. Pengertian Kelelahan
Kata Kelelahan menunjukkan keadaan
yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan
otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot
merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan
umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya
adalah persyaratan atau psikis (Suma’mur,1996).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pengertian kelelahan yaitu Perihal (keadaan) lelah ;
kepenatan ; kepayahan. Kelelahan Fisik merupakan kelelahan yang ditandai oleh
adanya keletihan, kejenuhan, ketegangan otot, perubahan dalam kebiasaan makan
dan tidur serta secara umum tingkat energinya rendah. Sedangkan kelelahan
mental adalah kelelahan yang timbul karena ketidakpuasan terhadap
diri sendiri, ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan hidup secara keseluruhan,
serta merasa tidak kompeten atau merasa rendah diri.
Setelah dilakukan percobaan yang
luas terhadap manusia dan hewan, dinyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan
adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu Cortex Cerebri ,
yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu sistem penghambat (
inhibisi ) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam
thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan
kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio
rekutilaris yang dapat merangsang pusat – pusat vegetatif untuk konversi
ergotropis dari peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan
diri, dan lain-lain. Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung
pada hasil kerja di antara dua sistem antagonistis dimaksud. Apabila sistem
penghambat lebih kuat, maka seseorang berada dalam kelelahan, sebaliknya
manakala sistem aktivasi lebih kuat, maka seseorang berada dalam keadaan segar
untuk bekerja ( Suma’mur, 1996 )
2. Penyebab dan Gejala – Gejala Kelelahan
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa
faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat
bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses
penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out
the stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu
tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat
memberikan penyegaran.
Penyebab
kelelahan menurut Suma’mur ( 1989 ), terdapat lima kelompok yaitu :
a). Keadaan Monoton
b). Beban dan lamanya pekerjaan baik
fisik maupun mental
c). Keadaan lingkungan seperti cuaca
kerja, penerangan dan kebisingan
d). Keadaan kejiwaan seperti
tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.
e). Penyakit, perasaan sakit dan
keadaan gizi.
Kontraksi otot baik statis maupun
dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan
tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot terlampaui.
Pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas
energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh
sehingga kelelahan seluruh badan terjadi (Waters dan Bhattacharya (1996) dalam
Tarwaka,dkk, 2004 ).
Annis dan McConville (1996)
berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas
melampaui kapasitas energi yang dihasilkan, tenaga kerja akan terpengaruh
sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Kemudian mereka
merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak melebihi 50 % dari tenaga
aerobik maksimum untuk kerja 1 jam; 40 % untuk kerja 2 jam dan 33 % untuk kerja
8 jam terus menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah kelelahan
yang dipercaya dapat meningkatkan risiko cedera otot skeletal pada tenaga
kerja.
Secara umum gejala kelelahan dapat
dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan.
Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata
beban kerja melebihi 30 – 40 % dari tenaga aerobik maksimal (Astrand &
Rodahl,1977 dan Pulat, 1992 dalam Tarwaka,dkk, 2004 ).
Tanda – tanda kelelahan yang utama
adalah hambatan terhadap fungsi- fungsi kesadaran otak dan perubahan –
perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan. Orang –
orang lelah menunjukkan :
a). Penurunan perhatian.
b). Perlambatan dan hambatan
persepsi
c). Lambat dan sukar berfikir
d). Penurunan kemauan atau dorongan
untuk bekerja
3. Pengurangan Kelelahan
Suatu pengalaman yang sudah dikenal
umum bahwa kelelahan yang terus menerus tiap hari berakibat keadaan kelelahan
yang kronis. Untuk itu kelelahan harus dapat dikurangi seminimal mungkin.
Menurut Suma’mur (1986), kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang
ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya
,banyak hal dapat dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan
istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat,masa-masa libur dan rekreasi dan
lain-lain. penerapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk, meja dan
bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi
yang tepat. Selanjutnya, usaha-usaha perlu ditujukan kepada kebisingan,tekanan
panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.
Untuk mengurangi tingkat kelelahan
maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap
kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja
yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga
sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh.
Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran
kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.
Sampai saat ini belum ada cara untuk
mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan
terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Kualitas dan Kuantitas kerja yang
dilakukan
Pada metode ini, kualitas ouput
digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau
proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor
yang harus dipertimbangkan seperti : Target produksi, faktor sosial, dan
perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas ouput (kerusakan produk,
penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya
kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
b. Uji psiko-motor (psychomotor
test)
Pada metode ini melibatkan fungsi
persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan
adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari
pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakannya kegiatan tertentu. Misalnya :
- Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangka waktu tersebut.
- Denting suara dan injak pedal
- Sentuhan kulit dan kesadaran
- Goyangan badan dan pemutaran setir.
Pemanjangan waktu reaksi merupakan
waktu petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
Sanders dan McCormick (1987) (dalam Tarwaka,2004) mengatakan bahwa waktu
reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respons yang spesifik saat satu stimuli
terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200
millidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli atau rangsangan yang dibuat ,
intensitas dan lamanya perangsangan, umur subyek, dan perbedaan-perbedaan
individu lainnya.
Setyawati (1996) melaporkan bahwa
dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan
daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih
cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.
c. Uji Hilangnya Kelipan (Flicker
fusion test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan
tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin
panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Alat uji kelip
memungkinkan mengatur frekuensi kelipan dan dengan demikian pada batas
frekuensi mana tenaga kerja mampu melihatnya. Uji kelipan, disamping untuk
mengukur kelelahan juga menunjukkan kadaan kewaspadaan tenaga kerja.
d. Perasaan kelelahan secara
subyektif (Subjective feelings of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan
subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
10 pertanyaan tentang pelemahan
kegiatan :
1)
Perasaan berat di kepala
2)
Lelah seluruh badan
3)
Berat di kaki
4)
Menguap
5)
Pikiran kacau
6)
Mengantuk
7) Ada
beban pada mata
8)
Gerakan canggung dan kaku
9)
Berdiri tidak stabil
10) Ingin berbaring
10 pertanyaan tentang pelemahan
motivasi :
11) Susah berfikir
12) Lelah untuk berbicara
13) Gugup
14) Tidak berkonsentrasi
15) Sulit memusatkan perhatian
16) Mudah lupa
17) Kepercayaan diri berkurang
18) Merasa cemas
19) Sulit mengontrol sikap
20) Tidak tekun dalam
pekerjaan
10 pertanyaan tentang gambaran
kelelahan fisik :
21) Sakit di kepala
22) Kaku di bahu
23) Nyeri di punggung
24) Sesak nafas
25) Haus
26) Suara serak
27) Merasa pening
28) Spasme di kelopak mata.
29) Tremor pada anggota badan
30) Merasa kurang sehat
Sinclair (1992) menjelaskan beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subyektif. Metode tersebut adalah
antara lain : rangking methods, rating methods, questionnaire methods,
interviews dan checklist.
e. Uji mental
Pada metode ini konsentrasi
merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian
dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test, merupakan
salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan
konstansi. Hasil tes akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka
tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah atau
sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma test lebih tepat untuk
mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.
Referensi
Azwar, Saifuddin.1998. Sikap
Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
________ . 2003. Penyusunan Skala
Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
________ . 2003. Dasar-dasar
Psikometri, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hardi, Ikhram. 2006. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi
PT. Sermani Steel Makassar. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar : FKM Unhas
Sumakmur. 1996. Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
Wahyu, Atjo . 2003. Higiene
Perusahaan, Makassar : Jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Unhas.