Kamis, 26 Juli 2012

Kelelahan Akibat Kerja


KELELAHAN AKIBAT KERJA

1.    Pengertian Kelelahan 

Kata Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya adalah persyaratan atau psikis (Suma’mur,1996).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kelelahan yaitu Perihal (keadaan) lelah ; kepenatan ; kepayahan. Kelelahan Fisik merupakan kelelahan yang ditandai oleh adanya keletihan, kejenuhan, ketegangan otot, perubahan dalam kebiasaan makan dan tidur serta secara umum tingkat energinya rendah. Sedangkan kelelahan mental adalah kelelahan yang timbul karena ketidakpuasan terhadap diri sendiri, ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan hidup secara keseluruhan, serta merasa tidak kompeten atau merasa rendah diri.

Setelah dilakukan percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, dinyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu Cortex Cerebri , yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik, yaitu sistem penghambat ( inhibisi ) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formatio rekutilaris yang dapat merangsang pusat – pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lain-lain. Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada hasil kerja di antara dua sistem antagonistis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat, maka seseorang berada dalam kelelahan, sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk bekerja      ( Suma’mur, 1996 )

2.    Penyebab dan Gejala – Gejala Kelelahan

Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress).  Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

Penyebab kelelahan menurut Suma’mur ( 1989 ), terdapat lima kelompok yaitu :
a). Keadaan Monoton
b). Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
c). Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan
d). Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.
e). Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (Endurance time) otot terlampaui. Pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi (Waters dan Bhattacharya (1996) dalam Tarwaka,dkk, 2004 ).

Annis dan McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui  kapasitas energi yang dihasilkan, tenaga kerja akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak melebihi 50 % dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam; 40 % untuk kerja 2 jam dan 33 % untuk kerja 8 jam terus menerus. Nilai tersebut didesain untuk mencegah kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan risiko cedera otot skeletal pada tenaga kerja.

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30 – 40 % dari tenaga aerobik maksimal (Astrand & Rodahl,1977 dan Pulat, 1992 dalam Tarwaka,dkk, 2004 ).

Tanda – tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-  fungsi kesadaran otak dan perubahan – perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta proses pemulihan. Orang – orang lelah menunjukkan :
a). Penurunan perhatian.
b). Perlambatan dan hambatan persepsi
c). Lambat dan sukar berfikir
d). Penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja

3.    Pengurangan Kelelahan

Suatu pengalaman yang sudah dikenal umum bahwa kelelahan yang terus menerus tiap hari berakibat keadaan kelelahan yang kronis. Untuk itu kelelahan harus dapat dikurangi seminimal mungkin. Menurut Suma’mur (1986), kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya ,banyak hal dapat dicapai dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat,masa-masa libur dan rekreasi dan lain-lain. penerapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk, meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya, usaha-usaha perlu ditujukan kepada kebisingan,tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.


Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Kualitas dan Kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas ouput digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti : Target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas ouput (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.

b. Uji psiko-motor (psychomotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan tertentu. Misalnya :
  1. Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangka waktu tersebut.
  2. Denting suara dan injak pedal
  3. Sentuhan kulit dan kesadaran
  4. Goyangan badan dan pemutaran setir.
Pemanjangan waktu reaksi merupakan waktu petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot. Sanders  dan McCormick (1987) (dalam Tarwaka,2004) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respons yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150 s/d 200 millidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli atau rangsangan yang dibuat , intensitas dan lamanya perangsangan, umur subyek, dan perbedaan-perbedaan individu lainnya.

Setyawati (1996) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.

c. Uji Hilangnya Kelipan (Flicker fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Alat uji kelip memungkinkan mengatur frekuensi kelipan dan dengan demikian pada batas frekuensi mana tenaga kerja mampu melihatnya. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan kadaan kewaspadaan tenaga kerja.

d. Perasaan kelelahan secara subyektif (Subjective feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan :
1)      Perasaan berat di kepala
2)      Lelah seluruh badan
3)      Berat di kaki
4)      Menguap
5)      Pikiran kacau
6)      Mengantuk
7)      Ada beban pada mata
8)      Gerakan canggung  dan kaku
9)      Berdiri tidak stabil
10)  Ingin berbaring
10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi :
11)  Susah berfikir
12)  Lelah untuk berbicara
13)  Gugup
14)  Tidak berkonsentrasi
15)  Sulit memusatkan perhatian
16)  Mudah lupa
17)  Kepercayaan diri berkurang
18)  Merasa cemas
19)  Sulit mengontrol sikap
20)  Tidak tekun dalam pekerjaan
10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :
21)  Sakit di kepala
22)  Kaku di bahu
23)  Nyeri di punggung
24)  Sesak nafas
25)  Haus
26)  Suara serak
27)  Merasa pening
28)  Spasme di kelopak mata.
29)  Tremor pada anggota badan
30)  Merasa kurang sehat

Sinclair (1992) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subyektif. Metode tersebut adalah antara lain : rangking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews dan checklist.

e.  Uji mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test, merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konstansi. Hasil tes akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah atau sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma test lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental.

Referensi

Azwar, Saifuddin.1998. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
________ . 2003. Penyusunan Skala Psikologi,  Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
________ . 2003. Dasar-dasar Psikometri, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hardi, Ikhram. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi PT. Sermani Steel Makassar. Skripsi Tidak diterbitkan. Makassar : FKM Unhas
Sumakmur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
Wahyu, Atjo . 2003. Higiene Perusahaan, Makassar : Jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Unhas.